Minggu, 26 Agustus 2012

0 #2 : anak ini sedang dalam masa sulitnya saja

So an akhirnya bisa update cerita 1 bulan sekali, meski lama semoga bisa bagus dah!!

============================================

{Farki city} 10.00
cirp*cirp*cirp* burung-burung berkicauan di pagi hari
Mereka ada di ranting pohon ataupun di kabel listrik
Aku? Aku hanya melihat burung itu dari jendela rumah
Hebatkan aku bisa punya rumah meski baru tinggal sebentar di kota ini? Hahaha jangan pernah remehkan aku!

"Hei shin, jika kau tidak ada kerjaan, cepat ikut denganku!" terdengar suara dari belakangku
Ralf berdiri di depan pintu dengan bajunya yang biasa berteriak tidak jelas

"Ah iya iya, bentar, aku belum mandi." jawabku malas

"SEKARAN SUDAH JAM 10 DAN KAU BELUM MANDI!? KAU ITU PEMALAS SEKALI! SUDAH NUMPANG DI RUMAH ORANG MASIH SAJA MALAS-MALASAN!!" teriak dia padaku seperti seorang mertua yang cerewet

Ah, itu benar. Ini sebenarnya bukan rumahku, aku hanya numpang di rumah ralf saja.
Itu karena dia yang mengajakku tinggal di sini, yah lebih tepatnya aku yang memohon padanya karena aku tidak punya tempat tinggal tetap

tap*tap*tap* aku berjalan perlahan ke arahnya
Dia bilang kami akan ada pekerjaan
Padahal setahuku pekerjaan dia itu membunuh orang karena dia itu kan grim reaper, aku sendiri tidak tahu apa 'membunuh' itu sebuah pekerjaan

-------------------------------------------------------------------------

Saat ini musim panas jadi tidak aneh jika matahari seperti kompor yang membakar dunia
Kami berjalan perlahan di trotoar jalan, ralf bilang kami akan bertemu dengan seseorang
Tapi untuk apa?

"Ralf, memangnya pekerjaanmu selain membunuh apa lagi?" tanyaku padanya tanpa melihat wajahnya langsung

"Ah, soal itu sendiri aku tidak tahu. Yang jelas, saat ini cari pekerjaan itu susah."

"Makanya, aku akan menerima pekerjaan apapun, asalkan aku di bayar. Tapi tentunya pekerjaan yang baik dan aman." jelas dia

"Maksudmu kau itu seorang pekerja bebas? Apa dengan mencabut nyawa orang kau tidak dapat uang? *yaawwnn" ngantuk, aku masih ngantuk meski sudah siang begini

"Kau pikir aku ini apa? Grim reaper tidak sama dengan hitman (pembunuh bayaran), kami hanya mencabut nyawa orang jika sudah waktunya dia mati. Jika kami melakukan kesalahan, maka hukumannya adalah mati." jelas ralf

"Tapi bukannya kau sudah mati?" tanyaku lagi

Jika dia belum mati lalu bagaimana dia bisa jadi grim reaper?

Ralf berhenti berjalan dengan kepala menunduk
Aku hanya memerhatikan dia saja dengan membisu
Aneh, apa pertanyaanku tadi itu sangat bodoh sampai dia mau tertawa?

tap*tap*tap* "Jika kau ingin menanyakan hal bodoh seperti itu, lebih baik lakukan saja nanti. Kita harus segera pergi." dia berjalan terburu-buru dengan nada sedikit tertekan dan wajah menghadap ke bawah

Aneh, yah menurutku itu aneh, dia tidak tertawa tapi.... malah kelihatan marah?


ckling* kami memasuki sebuah kafe dan terdengar bunyi bel saat kami membuka pintu
Ralf melihat kesana-sini seperti mencari seseorang

"Ah, itu dia." dia melihat ke arah seseorang yang duduk sambil menghirup secangkir kopi
Orang itu kelihatannya sudah tua, itu terlihat jelas dengan rambutnya yang berwarna putih (uban)
Tapi dia berpakaian seperi seorang bangsawan ala orde*
Ada urusan apa ralf dengan orang kaya seperti dia?

Kami pun duduk berhadapan dengan orang itu
Suasana masih sepi. Ralf ataupun orang itu masih belum membuka percakapan

"Jadi, ada apa anda memanggil saya kemari, shirato-san?" tanya ralf pada orang yang disebut shirato itu

"Begini shima, kamu bilang akan melakukan pekerjaan apapun, asal dibayar, betul?" tanya shirato

"Iya, itu betul, tapi aku harus tahu dulu pekerjaan apa itu?" tanya ralf sambil melempar senyum pada orang di depannya

Shirato merogoh kantung jasnya dan mengeluarkan selembar kertas

"Aku ingin kamu, menemukan putra ku." dia pun memberikan selembar kertas yang sebenarnya foto itu


"Mencari.... anakmu?" tanya ralf sedikit ragu

"Berapa memang umurnya? 7 tahun?" Tanyaku karena di foto itu anak itu terlihat pendek sekali mungkin tidak lebih dari 1 meter

"Anakku berumur 17 tahun, tapi dia memang terlihat masih kecil." ucap shirato sedikit tertawa

bugk* ralf menjitak kepalaku, untungnya aku memakai topi bambuku setiap waktu (kecuali mandi)

"Apa-apaan itu huh!?" tanyaku agak marah

"Tidak, aku hanya ingin memukulmu saja." ucapnya datar

"Apa itu alasan yang jelas!?" batinku kesal

"Ngah, memangnya kenapa anakmu itu pergi?" tanyaku sambil bersandar di tempat duduk itu

Yah aku agak kesal sih, seorang anak yang pergi tanpa memberitahu kemana dia akan pergi, harusnya jadi gelandangan saja.

"Yah, sebenarnya, beberapa hari yang lalu istriku yang merupakan ibunya mylo meninggal. Saat pemakaman ku lihat mylo terus saja menangis, aku coba menghiburnya, tapi setelah pemakaman dia terus mengurung diri di kamarnya."

"Setelah itu aku coba masuk ke kamarnya, tapi dia sudah tidak ada di sana." ucapnya terlihat sedih

"Hanya itu saja?" tanyaku

"Eh?"

"Jika hanya begitu, biar ku tanya, apa kau terlalu memanjakan anakmu itu?" aku bertanya dengan nada sedikit nyolot

"Hei shin, apa yang kau bicarakan!?" ralf terdengar sedikit marah

"Aku yakin selama ini kau selalu membelikan apapun yang diminta anakmu itu, tapiapa kau pikir dengan melakukan itu, dia akan senang? Selama ini kau pasti selalu sibuk dengan pekerjaan, sampai-sampai lupa dengan anakmu itu."

"Sekarang ibunya sudah meninggal, mungkin saja ibunya selalu berada dengannya selama ini, tapi..."

"jika anakmu sampai seperti itu, hanya karena ibunya meninggal, aku benar-benar ingin menghajar anak seperti itu." ucapku serius

Shirato dari tadi masih terdiam
"Sudah shin cukup, hentikan perkataanmu itu!" ralf coba menghentikan ucapanku, tapi masih ada hal yang harus aku katakan

"Aku mengerti bagaimana perasaan anakmu itu, selama ini dia selalu bersama ibunya, setelah ibunya meninggal, dia berpikir dia tidak bisa apa-apa lagi, ayahnya selalu sibuk dengan pekerjaan, membuat dia serasa kesepian di dunia."

"Dia kemudian mencoba untuk hidup di sesuatu yang ingin dia sebut 'dunia baru', dunia yang menurutnya lebih baik, ketimbang bersama orang tua yang tidak peduli, pada keluarganya sendiri." kata-kata yang aku ucapkan mungkin terlalu kasar, apalagi di depanku ini adalah seorang bangsawan
Tapi untuk apa aku peduli? Semua yang ku katakan hanya membuat dia diam tanpa berkata apapun

set* aku berdiri dari tempat itu "Aku akan menemukan anakmu, tapi, aku tidak akan menjamin anakmu untuk tidak kabur lagi, sebelum kau merubah hidupmu sendiri, pak tua." aku pun melangkah pergi dari tempat itu

"O-oi tunggu dulu, Shin!!" ralf berteriak padaku, tapi aku tidak menghiraukannya

"Ma-maafkan dia shirato-san, aku baru mengenal dia, jadi tolong maafkan dia." ralf meminta maaf pada orang itu

"Tidak, itu tidak apa-apa." set* shirato berdiri hendak pergi

"Semua yang dia katakan itu benar. Kalau begitu, tolong temukan anakku itu, ralf, dan siapa nama temanmu itu?" tanya shirato

"Namanya shin, shinsuke sheho." ucap ralf

"Hmph, katakan pada pemuda yang bernama shin itu, kalau aku berterima kasih padanya." shirato pun pergi dari kafe itu

"A-ah, iya." ralf terlihat tidak menduga akan mendengar hal itu

"Hebat juga shin bisa berkata seperti itu, nonton dari acara mana yah dia?" batin ralf

tap*tap*tap*tap* shin berjalan perlahan keluar dari WC mendekati ralf

tep* tangannya memegang pundak ralf

"Ada apa, shin?" tanya ralf kebingungan

"Dunia ini.... memang kejam yah, ralf....." ucapnya pelan

'Ngg? Apa maksudmu?" ralf makin bingung

sniff*sniff* ralf mencium sesuatu

set*tap*tap*tap*cklak*brak* ralf pergi ke pintu keluar dengan muka tanpa ekspresi meninggalkan shin

"Aku cuma belum cebok ralf........" ucap shin berderai air mata (lebay)


-----------------------------------------------------


"Jadi kita akan mencarinya ke mana ralf?" tanya shin pada ralf yang sedang berjalan di trotoar jalan

"Yang pasti kita tanya dulu saja orang-orang, siapa tahu ada yang pernah melihatnya." ucap ralf

"Kenapa juga orang tua itu tidak meminta bantuan polisi saja, jika dia melakukannya, bukannya urusannya bisa lebih cepat?" keluh shin

"Mereka tidak bisa melakukan itu. Keluarga shirato adalah keluarga pemilik pabrik industri nuklir di seluruh citadel, jika sampai ketahuan anak mereka menghilang, bisa-bisa bisnis keluarga mereka juga berantakan." jelas ralf

"Hahh makanya aku tidak suka orang dengan banyak uang, yang mereka pikirkan hanya predikat dan harga diri mereka saja. Itulah kenapa aku mencuri dari mereka agar stabilitas uang di dunia ini tetap stabil." ucap shin

"Yang jelas kau malah menambah citra buruk pada image-mu." ucap ralf *sweatdrop

"Imej? Apa itu?" tanya shin bingung (gak ngerti inggris)

"Sudahlah, lebih baik kita cepat mencari anak bernama mylo itu, waktu itu uang." ucap ralf

"Itupun jika kau bekerja tetap, bagimu harusnya 'setiap waktu aku membunuh' karena kau itu grim reaper." ucap shin

dagk* ralf menjitak shin

"Sakit tau." ucapnya datar

{Setelah beberapa kali bertanya...........}

Ralf memberikan foto mylo kepada seorang bapak-bapak

"Hmmm.... aku kenal anak ini." ucap bapak itu

"HUH!? DI MANA!?" tanya shin dan ralf (anak ketemu-->dapat duit)

"Aku tahu di mana dia tinggal, karena dulu dia pernah bertanya padaku jika ada tempat kos atau tidak di daerah sini." ucap bapak itu

"Bisa beri kami alamatnya?" ucap ralf *babyface

"Yah tentu."


-----------------------------------------------------------


"Aneh sekali kenapa dia ingin nge-kos saat kabur dari rumah, harusnya dia bilang saja kalau dia ingin tinggal pisah dengan orang tuanya." ucap shin

"Ada banyak alasan, kau juga pergi dari rumahmu, iya kan?" tanya ralf

"Tidak. Aku ikut dengan ayahku meninggalkan adik dan ibuku, sekarang ayahku sudah mati. Semenatara adik dan ibuku.......... yah aku tidak tahu di mana mereka tinggal, tapi setidaknya mereka selalu mengirimkanku kartu pos lewat merpati." ucap shin

ralf : "Itu jadul sekali, apa kau tidak bisa mengirimnya lewat surat atau yang lain?"

"Apa kau lupa kalau aku ini pengelana? Aku tidak punya tempat tinggal tetap dan aku tidak bisa menulis, membaca surat mereka saja aku tidak bisa." ucap shin *buta huruf

"Lalu untuk apa mereka mengirimmu surat!?" ucap ralf agak keras

"Mana ku tahu. Oh iya, biar ku lihat alamat yang diberikan orang tadi." shin melihat kertas alamat

"Untuk apa, kau sendiri tidak bisa membacanya, kan? Biar kubacakan." ralf merenggut kertas itu

"Distrik kaifu, blok BC, nomor 17........ ini kedengaran tidak jauh.... atau mungkin familiar yah....." ralf coba mengingat

"Ahh kita sudah sampai." ucap shin

"Eh?" ralf melihat ke arah depan

"OOOII!!! KITA KEMBALI KE RUMAH KUU!!" teriak ralf kaget

"Apa kau yakin ini jalan yang benar?" tanya shin agak kesal

"Iya ini benar, aku memang tinggal di distrik kaifu, blok BC, tapi nomor rumah ku itu 16, itu artinya....."

Mereka melihat ke arah samping rumah ralf, di sana ada sebuah rumah kecil berwarna hijau dengan tanda "17"
Dan dpintunya tertulis "Mylo Shirato"

"SELAMA INI DIA TETANGGA KITAAAA!!??" batin mereka kaget+shock+malu

"Jadi, apa yang akan kita lakukan ralf?" tanya shin lemas

"Tentu saja masuk." jawab ralf datar

"Bagaimana caranya?" jawab shin polos

Ralf pun berjalan ke arah rumah itu. Rumah dengan cat hijau kusam, jendela dengan debu yang tebal, dan juga dinding yang sudah keropos (harusnya gigi keropos)

tok*tok* ralf mengetuk pintu kayu rumah itu

"Oi ralf, kemana kau main ketuk saja? Apa kau tidak takut kalau dia punya senjata laser atau apapun itu." bisik shin takut

"Tenang saja, mengetuk pintu itu adalah hal yang wajib dilakukan jika kau ingin masuk ke suatu tempat. Jika tidak ada jawaban setelah kita mengetuk 3 kali, maka kita dobrak." ucap ralf datar

"Kau gila yah..." ucap shin

tok*tok* tidak ada jawaban dari dalam rumah....

tok*TOK* ralf coba mengetuk lebih keras namun suasana masih hening

BRAK*BRAK* kini ralf memukul pintu itu

"RALF!! Kau itu karakter serius di sini!! Kenapa kau malah jadi karakter yang bod0h!?" teriak shin

"Aku tidak bisa apa-apa, sudah tertulis di naskah kalau aku harus begini..." ucap ralf menyesal sambil memperlihatkan naskah

"Maaf, aku gak bisa baca..." ucap shin

"Kalau begitu *BRAGK kita dobrak saja" ralf menendang pintu itu hingga terlepas dari engselnya

Di dalam rumah itu terdapat TV LCD 36 inch, sebuah PS3, dinding dengan lukisan dan ornamen berwarna kuning ke-emasan, sebuah meja dengan snack dan banyak makanan ringan di atasnya, kursi yang dilapisi kulit berbulu warna merah...
Dan seorang anak kecil yang memegang controller PS3 sedang duduk di kursi itu

"Ngg?" anak itu melirik ke arah shin dan ralf

Suasanya hening seketika tanpa ada gerakan sedikitpun

tap*tap*grep*hup* ralf berjalan masuk lalu mengangkat pintu yang ia dobrak dan meletakannya kembali

"Ralf, yang kita lihat itu.... hanya khayalan, kan?" tanya shin ragu

"I-iya aku yakin akan hal itu, mana mungkin ada ruangan semacam itu di tempat seperti ini..." balas ralf

"Tapi, kau tahu, terkadang... ada orang yang mengatakan "jangan menilai film dari judulnya" apa mungkin--" shin coba berkata tapi ralf memotong ucapannya

"Tidak, itu tidak mungkin. Maksudku, lihat saja luarnya seperti ini, ini sama saja kau bertemu pria berwajah seperti L tapi berhati seperti Light yagami." jelas ralf

"Kedua orang itu semuanya sadis!" balas shin

"Ya-yang penting ayo kita cek lagi, mungkin mata kita tadi sedang tidak beres." ralf mendekati pintu

tep* tangannya menyentuh gagang pintu
hup* pintu itu diangkat oleh ralf (udah lepas dari engselnya)

Ralf dan shin melihat pemandangan itu lagi
TV LCD 36 inch, PS3, blablablablablabla (writer terlalu malas mengulang kata yang sama)

brugk* pintu itu dilepas oleh ralf hingga ajtuh ke tanah

tep*tep*tep* shin berjalan perlahan masuk ke rumah itu
Dia mendekati meja yang penuh dengan makanan ringan

set*crack*amph* dia menggigit sebuah keripik kentang lalu memakannya

"Ini aman, tidak beracun, kau mau, ralf?" ucap shin sambil menyodorkan sekantung keripik kentang

"KENAPA KAU MALAH ASIK MAKAN DI RUMAH ORANG!? DAN APA KAU LUPA TUJUAN KITA DATANG KE SINI!?" teriak ralf marah

"Oh, tenang saja aku cuma tidak ingat saja." ucap shin polos

"Apa bedanya baka!!" batin ralf kesal

"Hei bocah, apa kau yang namanya mylo shirato?" tanya shin langsung pada anak kecil yang bermain game PS3 itu

"Namaku memang Mylo, tapi jangan bawa kata 'shirato'. Kata itu, membuatku merasa mual saja!" ucapnya sambil menggeregetkan giginya

"Apa kau marah pada orang tuamu?" tanya shin

"Tidak." ucap mylo datar

"Lalu kenapa kau kabur dari rumahmu?" tanya shin

Ralf : "Hei shin, sudah biar aku saja yang bertanya--"

"Tidak usah, anak ini sedang dalam masa sulitnya saja, biasanya remaja akan mencari jati dirinya jika sudah berumur 15 tahun lebih, aku hanya dia tidak ingin bernasib menjadi pencuri atau melakukan kriminal." ucap shin dengan muka serius ala fist of the north star

"Memangnya kau berhak bicara seperti itu!?" batin ralf

"Aku hanya tidak betah saja dirumah terus, itu saja!" jawab mylo agak keras

"Apa hanya itu jawabanmu?" tanya shin

Tapi mylo tetap diam tanpa menjawab

"Nggghh HEI BOCAH JIKA KAU BOSAN DI DALAM RUMAH KENAPA TIDAK MAIN SAJA DENGAN TEMANMU DI LUAR SANA, JANGAN BIKIN ORANG REPOT!" ucap shin kesal sambil mencengkram pipi mylo

"Wangan panggiw awu bolah dasal petani siawan" ucap mylo kesal

"Siapa yang kau sebut petani huh!? Dasar pendek!!" tensi mulai memanas

"He-hei kalian berdua, jangan bertengkar." ucap ralf coba melerai

Shin pun melepaskan cengkramannya dan mylo pun mulai bicara

"Apa kalian orang yang disuruh ayahku untuk membawaku pulang?" ucap mylo acuh

"Mungkin iya mungkin tidak, hidup ini penuh dengan ketidak pastian." ucap shin *penyair MODE ON

"Kata-katamu gak nyambung!" punchline dari ralf

"Iya itu benar, tapi kalau di'suruh' mungkin tidak terlalu pas, lebih tepatnya kami hanya akan membujukmu untuk pulang saja, jika tidak maka kami akan melakukan rencana lain." ucap ralf

"Sejak kapan kau punya rencana?" bisik shin

"Ini cuma gertakan, tenang aja." balas ralf

"Silahkan saja, lagipula aku tidak akan pernah ingin kembali ke rumah itu lagi. Jika mau, kalian boleh mengambil apa saja di rumah ini, asal kalian mau bilang kalau aku sudah mati." ucap mylo

"Kalau begitu ayo kita bawa gumpalan lemak ini." ucap shin sambil memangkul mylo di pundaknya

"Siapa yang kau sebut gumpalan lemak!? Aku ini tidak gemuk, cuma pendek saja!!" berontak mylo

"Lalu kenapa kau tidak mau kembali? Apa hanya karena ibumu sudah tidak ada, huh?" tanya shin

"!!" nylo terkejut mendengar perkataan itu

"Kau.......... apa ayahku menceritakan hal itu pada kalian...?" tanya mylo

"Bisa iya bisa tidak, mungkin saja kami ini intel yang terus mengawasimu dan menunggu saat yang tepat untuk beraksi." ucap shin

"nah, tidak apa-apa. Ibuku memang sudah meninggal, dan itu memang alasan kenapa aku kabur dari rumah. Dan tidak ada alasan bagiku untuk kembali ke rumah itu lagi." ucap mylo pelan

"Tapi, ayahmu mengkhawatirkanmu...." ucap ralf

"Aku tidak peduli dengan pak tua itu."

"Gara-gara dia aku jadi tidak punya teman. Gara-gara dia aku selalu kesepian...... gara-gara dia............ semuanya GARA-GARA DIA!!!" teriak mylo dan terlihat air matanya sedikit menetes

"Lalu kenapa jika semua itu salah ayahmu?" tanya shin

"A--?" mylo sedikit ternganga mendengar kata-kata shin

"Memangnya apa yang kau mau dari ayahmu? Kau pikir orang tua itu bisa jadi seperti yang kau mau? Mereka terkadang berbuat salah, tapi itu adalah cara mereka mendidik kita. Jika kau tahu ayahmu itu salah, kenapa kau tidak mencoba membuat dia sadar kalau kau itu tidak suka diberlakukan seperti ini?" ucap shin panjang-lebar

"I-... itu karena...." mylo menjawab pelan dengan tergagap-gagap

"Karena ada ibumu, huh? Karena kau bisa mengatakan apapun pada ibumu, karena kau selalu berpikir hanya ibumu yang mengerti perasaanmu, sehingga kau melupakan ayahmu dan selalu berpikir yang buruk tentang dia. Apa dengan itu kau pikir ibumu akan bahagia, huh?" ucap shin

"Jangan......... jangan bicara.... seperti kau tau semua hal tentang aku....." mylo coba berontak

"Aku tidak tahu apa-apa tentang kau, dan kau juga tidak tahu apa-apa tentangku. Yang aku ingin bilang hanya...."

"Lakukan apa yang menurutmu akan membuat ibumu senang, dan jangan lakukan hal egois seperti ini. Tapi jika kau pikir dengan melakukan hal seperti ini dapat membuat ibumu senang, itu bukan masalahku." ucap shin

Ralf daritada hanya diam saja tidak bisa apa-apa

"Kuhk..... hiks..... hufh..... hiks...." clap*clap*clap* air mata mulai jatuh dari pipi mylo

"Ralf, ayo kita bawa anak ini kepada orang tuanya, dan juga ambilkan aku keripik kentang yang ada di meja itu." shin berjalan pergi

"INI PUNYA ORANG LAIN, BOKE!!" Teriak ralf marah (Boke = sebutan lain untuk baka)


-------------------------------------------------------------------------


{Shirato family House - Front hall} 16.10
Sebuah rumah yang megah sekali dengan cat dominan warna merah dan kuning
Banyak sekali barang-barang antik seperti patung, pedang yang tertempel di dinding, dan lukisan-lukisan bergambar aneh (abstrak)

Lantai yang mengkilat bagaikan cermin yang tembus pandang
Langit-langit dengan lampu berlian yang mengkilat
Membuat kita serasa berada di istana milik raja arthur

"Mulai sekarang, ayo kita berteman dengan baik." ucap shin sambil menjabat tangan mylo *niat nyuri ON

"APA MAUMU!?" teriak mylo heran

Sementara ralf nampak menunggu ayah mylo untuk keluar

tap*tap*tap*tap* terdengar suara langkah kaki yang bergema diruangan itu
Ayah mylo berjalan pelan menuju tempat ralf berada

"Selamat sore, shirato-san." ucap ralf sambil membungkuk

"Selamat sore juga, ralf-kun." ucap shirato balas membungkuk

"Terima kasih, sudah bisa mengantar anakku kembali." ucap shirato sambil menjabat tangan ralf

"Sebenarnya ini bukan semua berkat aku, malah...." ralf melirik ke arah belakang tempat shin masih beradu tatapan dengan mylo

"Semua berkat shin." ucap ralf pelan

"Hei cepat pergi sana! Ayahmu sudah menunggu!" teriak shin

"Aku tahu!! Tidak usah memeberiku perintah dasar!" ucap mylo kesal

Mylo pun berjalan ke arah ayahnya meski masih agak kesal dengan shin

"Kalau begitu kami pergi dulu yah, sampai nanti, shirato-san." ucap ralf sambil melambaikan tangannya

"Jangan biarkan bocah itu kabur dari rumah lagi." shin berkata dengan nada dingin

"!!!" mylo pun terpikir akan sesuatu. Dia lalu berbisik kepada ayahnya

"Tunggu dulu, ralf-kun, dan juga shin." ucap shirato menahan kedua orang itu untuk pergi

"Aku ada sedikit permintaan lagi, jika tidak keberatan, apa kalian mau menerimanya?" tanya shirato

"Tentu saja tidak apa-apa. Tapi permintaan apa?" tanya ralf

"Aku ingin kalian menjaga anakku, dan tinggal bersama kalian." ucap shirato sambil tersenyum

"Hihi." tawa kecil mylo

"Eh?" kedua orang itu hanya kebingungan

-To be continued-

0 komentar:

Posting Komentar

 

Ore wa Shin desu Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates