Senin, 10 September 2012

0 #3 : Aku tidak tahu apa aku harus tertawa atau menangis

Yosh story #3 udah ane buat, silahkan baca buat yang mau~

----------------------------------------------------

{Shirato family house -Front Hall}16.20
Semuanya terdiam seketika
Shin dan ralf tidak bisa berkata apa-apa karena mereka tidak terlalu mengerti apa yang shirato katakan

"Ma... maksudnya...?" tanya ralf tergagap-gagap

"Aku ingin kalian menjaga anakku ini. Artinya--" ucapan shirato terpotong

"Aku akan tinggal bersama kalian~" ucap mylo sambil tersenyum polos

Mendengar itu shin dan ralf semakin terdiam
Terkejut dan juga merasa heran
Karena mylo adalah orang yang kaya sementara rumah ralf hanya seperti rumah pada umumnya, apalagi dia hanya nge-kos

"A-ah... sebenarnya itu tidak apa-apa... tapi..." ralf merasa sedikit tidak enak jika harus menolak permintaan ini

"Tenang saja. Untuk urusan makanan dan semua yang diperlukan anakku, aku yang akan tanggung." ucap shirato

"Yah... tapi bukan cuma itu saja..."

"Aku... merasa tidak enak kalau mylo harus tinggal di rumahku yang sederhana. Dibandingkan rumah megah seperti ini, aku rasa sedikit tidak pantas jika mylo harus tinggal di rumah seperti itu." ralf coba menolak permintaan shirato dengan cara yang lembut

"Tidak apa. Aku sendiri sudah bosan tinggal di sini, aku ingin merasakan tinggal di tempat yang agak berbeda."

"Karena... ayah selalu bilang, kalau kita terkadang juga harus bisa merasakan, bagaimana perasaan orang yang tidak bisa merasakan bagaimana hidup di rumah seperti ini." ucap mylo memberi alasan

"Maksudmu... aku ini hanya orang miskin?? T__T " ralf mulai depresi

"Bu... bukan itu maksudku..." ucap mylo

[i]"Dia bilang dia bosan tinggal di sini... huh? BAGUS!! Waktunya mengambil kesempatan!!"[/i] shin memikirkan sesuatu

"Kalau begitu, aku tinggal di rumahmu ini, dan kau menggantikanku tinggal di rumah ralf, bagaimana? Dengan begini semua orang senang kan?" ucap shin dengan senyum sambil menjabat tangan mylo

"Pastinya....~" mylo memberi senyuman pada shin

"Uwaa...." shin tersenyum seakan baru saja mendapatkan hadiah

"TIDAK AKAN PERNAH!!" kata-kata itu menghancurkan harapan shin

"Me... memangnya kenapa...?" shin bicara sambil menahan tangis

"Tanya ayahku." ucap mylo

"Shi... shirato-san??" shin menghampiri shirato

"Maaf jika aku tidak sopan, tapi sebenarnya aku tidak terlalu suka orang dengan kulit gelap sepertimu shin-kun." ucap shirato mencoba sesopan mungkin

"APA SALAHNYA KALAU AKU BERKULIT COKLAT!? INI KAN SAWO MATANG BUKAN COKLAT!!" teriak shin depresi

"Huh......." ralf pun mengeluarkan nafas panjang

"Baiklah kalau begitu. Aku akan memperbolehkan mylo untuk tinggal di kos-ku. Tapi ada 1 syarat." ucap ralf

"Apa itu?" tanya shirato sopan

"Kalau bisa, bantu aku membayar uang sewa tiap bulan, 40% cukup kok~" ucap ralf

"Tidak mau." ucap shirato masih tersenyum

[i]"Dimanapun, bagaimanapun, memang sulit mencari orang yang tidak pelit di dunia ini..."[/i] batin ralf agak kecewa

"Kalau begitu, izinkan kami makan malam di rumahmu, boleh?" ucap shin semangat

[i]"Percuma shin, lebih baik kita pulang dan makan mie kemasan saja..."[/i] batin ralf

"Tentu saja, berhubung sebentar lagi makan malam, mari kita ke ruang makan bersama." ucap shirato sambil menuntun mereka ke ruang makan

"WUUHUU!! Asiik~" ucap shin gembira

[i]"Setiap manusia itu..... unik juga yah....."[/i] batin ralf


{Ruang makan} 18.20
Ruangan yang cukup besar untuk sebuah ruang makan
Meja yang terbuat dari kaca anti gores yang ditopang oleh kayu yang kelihatan kokoh dan dengan ukiran yang bernilai seni tinggi
Makanan yang dihidangkan di atasnya pun serasa sepadan untuk melengkapi keindahan ruangan itu

"WAAAHH~~!!" shin takjub sambil ngiler melihat makanan di depannya

Di atas meja makan itu terdapat banyak sekali hidangan
Seperti daging panggang, spageti, berbagai macam minuman, salad, sup, dan masih banyak lagi

"Hei ralf, apa kau pernah makan seperti ini sebelumnya?" tanya shin menahan air liurnya

"Aaahhh.... tidak.... aku juga belum pernah..." ralf hanya bisa takjub memandang makanan di depannya

"Ayo, jangan malu-malu. Silahkan dimakan." tawar shirato

"HUMM!! SELAMAT MAKAANN!!" mereka berdua pun langsung menyambar makanan itu (maklum, yang bikin nih fanfic juga akan melakukan hal yang sama)

"mmmph... daging ini lembut sekali... dan bumbunya juga meresap sampai ke bagian dalamnya..." ucap shin memberi tanggapan seperti juri masakan

"Shin, harusnya kau jangan bicara sambil makan..." ucap ralf sambil menunjuk shin dengan garpu (lagi makan spageti)

"Kau sendiri harusnya jangan menunjuk orang dengan garpu, itu tidak sopan!" balas shin

"ACK! Ya ampun, bagaimana bisa aku dimarahi oleh orang seperti dia..." ucap ralf agak menyesal

"HEI!! MEMANGNYA KENAPA KALAU AKU MEMARAHIMU!?" tanya shin agak kesal

Dan suasana makan malam pun ramai sekali berkat dua orang itu
Shirato dan juga mylo hanya memandangku mereka sambil sedikit tertawa
Mungkin ini makan malam mereka yang paling ramai


----------------------------------------------------------------


"Wahh aku kenyang sekali." ucap shin sambil mengusap-usap perutnya seperti ibu hamil

"Terima kasih untuk makanannya, shirato-san." ucap ralf

"Tidak apa-apa, anggap saja ini sebagai bonus kalian sudah mau menjaga anakku. Dan juga, aku ada sedikit usul untuk kalian." ucap shirato

"Hmm? Usul seperti apa?" tanya ralf penasaran dan bingung

"Kenapa kalian tidak membuat guild saja?" tanya shirato sambil mengangkat jari telunjuknya

"E-eh? Guild...!?" ralf agak sedikit terkejut mendengarnya

"Itu benar. Dibanding kalian terus mencari kerja sebagai pekerja bebas, lebih baik membuat guild. Apalagi jika kalian membuat guild, kalian bisa lebih mudah mencari uang." ucap shirato

"I-itu benar juga sih, tapi pendaftaran guild itu harganya 50.000 peso, dan kami tidak punya
uang sebanyak itu." ucap ralf

"Tenang saja, biayanya aku yang tanggung." ucap shirato *thumb up

"BE... BENARKAH!?" pertanyaan ralf penuh akan harapan

"Tentu saja." ucap shirato meyakinkan

"Tapi ralf, kenapa kita tidak memakai uang itu untuk bayar uang sewa saja?" ucap shin

"Memang sih itu benar, tapi pikirkan saja dulu. Jika kita punya guild, kita tidak akan disebut pengangguran lagi, dan kita juga akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan, karena sistemnya itu orang yang akan datang ke kita meminta kerja, bukan kita yang harus mencari kerja." jelas ralf

"Hrmm tapi bagaimana bisa mereka tahu guild kita? Apa kita harus mempromosikan guild kita?" tanya shin lagi

"Huhh baiklah, lebih baik aku jelaskan supaya yang baca juga ngerti."

"Dengar dan baca baik-baik, misal ada seseorang yang ingin meminta bantuan, mereka bisa memilih 3 jalan, pertama meminta bantuan pada polisi, kedua pada pekerja bebas, dan yang ketiga yaitu pada guild."

"Jika mereka ingin meminta bantuan pada guild, mereka bisa langsung datang ke pusat penyimpnana nama-nama guild di setiap kota. Kota farki juga memiliki pusat penyimpanan seperti itu."

"Saat mereka sampai di pusat penyimpanan nama-nama guild, mereka akan ditanya jenis permintaan seperti apa yang mereka minta, kemudian petugas pusat akan memberikan daftar nama-nama guild yang mungkin cocok untuk melakukan permintaan tersebut."

"Jadi, dengan begitu kita tidak perlu mencari orang yang meminta bantuan, karena jika kita beruntung orang bisa memilih guild kita untuk membantu mereka."

"Yah sesuatu seperti promosi dan juga mencari orang yang butuh bantuan juga boleh saja, tapi biasanya itu hanya dilakukan jika budget guild sudah menipis."

"Bagaimana, apa kau mengerti?" jelas ralf panjang lebar

"Hrrmm.... aku lumayan mengerti sih.... ahh yang penting banyak untungnya kan? Ya sudah aku tidak keberatan. Lakukan saja apa maumu." ucap shin

"Kalau begitu, pilihan sudah bulat!" ucap ralf

"Ini ralf, aku berikan ini padamu." shirato pun menyerahkan sesuatu kepada ralf

"Ini kan..." ralf melihat benda seukuran telapak tangan itu

"Itu adalah guild charter. Dengan itu kamu tidak perlu membayar biaya pendaftaran saat akan mendaftar guild." ucap shirato

"Terima kasih banyak shirato-san! Aku sangat berhutang budi padamu!!" ucap ralf sambil menundukan kepalanya

"Hahaha tidak apa-apa. Kalian akan mendaftar besok, mylo tahu jalan ke tempat registrasi guild, jadi tenang saja." ucap shirato

Shin dan ralf mengangguk
Waktu terus berlalu, dan malampun semakin larut
Shin dan ralf pergi dari tempat megah itu, bersama teman baru mereka, mylo shirato

"Hei ralf, kenapa yah, aku merasa sedikit aneh dengan si shirato itu..." ucap shin

"Hmm? Aneh apanya?" tanya ralf

"Yah kau tahu...."

"Dia mau memberi kita makan, memberimu guild charter, tapi kenapa dia tidak mau memberi kita uang sepeserpun?" tanya shin

pat* ralf memegang pundak shin

"Shin, hidup ini penuh dengan orang-orang dengan sifat yang unik, aku sendiri tidak tahu apa-apa tentang hal itu, karena aku bukan bank data." ucap ralf datar

"Kalau kalian mau tahu, bisa aku jelasakan." ucap mylo yang sedari tadi diam

"Memangnya apa alasannya?" tanya shin

"Ayahku itu dermawan, dia ikhlas memberikan benda apapun miliknya, mau itu emas, makanan, baju, alat elektronik atau apapun. Kecuali uang." ucap mylo

[i]"Aneh.... benar-benar aneh...."[/i] pikir shin dan ralf

"Memangnya kenapa ayahmu tidak mau meminjamkan uangnya?" tanya ralf

"Ini... adalah kisah yang sangat menyentuh bagi keluargaku... sebenarnya..." mylo tertunduk lesu
Sementara shin dan ralf semakin ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi

"Sebenarnya...."

"Sebenarnya... ayahku punya sebuah celengan ayam yang besar sekali, itu adalah hadiah pemberian nenekku yang sudah meninggal, hingga sekarang dia tidak pernah memecahkan celengan itu, karena nenekku memberi dia suatu riwayat terakhir [i]'isi celengan itu sampai penuh, dan setelah penuh, bagikanlah uang itu pada semua orang, dan jangan pernah pakai atau membagikan uang itu, sebelum celengannya penuh'[/i]."

"Ayahku terus mengisi uang di dalam celengan ayam itu, hingga suatu ketika...... celengan ayam itu pecah, saat ayah sedang mengigau bernyanyi rap. Itulah kenapa dia tidak pernah memberi uang pada siapapun, karena janji dia pada nenek belum terpenuhi." ucap mylo sambil coba menahan air mata

[i]"Aku tidak tahu apa aku harus tertawa atau menangis......."[/i] pikir shin dan ralf


---------------------------------------------------


{Esok hari - Depan tempat pendaftaran guild} 11.20
Mereka berdiri terpaku didepan suatu bangunan
Mungkin ini tidak bisa disebut bangunan
Karena ini lebih mirip seperti sebuah gubuk kecil dengan dinding kayu

"Tempat pendaftaran guild itu seperti ini.... yah?" tanya ralf agak tidak percaya

"Yah memang sulit dipercaya, tapi inilah kenyataannya." ucap mylo

Mylo memandang shin dan mylo yang hanya terdiam memandang "kenyataan"

"Kenapa kalian diam terus? Ayo cepat masuk." ucap mylo

"Apa benar... kita perlu masuk ke sana?" tanya ralf

"Apa benar... tempat itu bukan warteg?" tanya shin

"Kenapa kalian bicara tidak jelas!? Ayo cepat masuk" mylo mendorong kedua orang itu ke gubuk kecil itu

Di dalam gubuk itu....
Penuh dengan debu
Kursi kayu yang hampir patah kakinya
Dan sebuah meja kayu dan diatas meja kayu itu ada kepala seseorang yang tergeletak

tap*tap*tap*tap* shin, ralf dan mylo mendekati meja itu, tapi shin dan mylo merasa tegang sekali

"Pak, bangun pak." mylo menggoyang-goyangkan kepala orang itu

"Uukhh..." orang itu mulai mengangkat kepalanya

"Ada apa...? UHUK UHUK!!" orang itupun terbangun dengan wajah pucat pasi dan batuk berdarah

"HUWAAAAA!!" shin dan ralf terkejut melihat mayat-hidup tersebut

Orang itu berambut pendek hitam-kebiruan (cewek)
Berkulit pucat pasi dan memakai kaca mata
Juga  seperti ada darah baru keluar dari mulutnya

"Ada apa kalian kemari?" tanya wanita itu

"Hei ralf cepat bicara." bisik mylo ke arah ralf

"Ka... kami mau mendaftar untuk membuat gu-gu-gu-gu-gu *bacg GUILD!!" shin menepak pundak ralf agak kencang agar dia tidak gu-gu-gu-gup lagi

"Sakit tau..." keluh ralf

"Kayak bocah aja..." ketus shin

"Oh kalian mau mendaftarkan guild, kalau begitu....." wanita itu mencari-cari benda di bawah mejanya

set* dia memberikan selembar kertas formulir

"Isi data-data yang kalian perlukan di kertas ini, baru kami akan memproses guild kalian... UHUK UHUK!! Sial, dokter bilang aku tidak boleh sering menyuruh-nyuruh orang... UHUK UHUK!!" wanita itu baduk darah.... atau lebih tepatnya, muntah darah

Ralf mengambil kertas itu dan tertulis seperti ini

[quote]
[align=center][b][size=10]REGISTRATION GUILD FORM[/size][/b][/align]

-Nama Guild :

-Ketua guild :

-Wakil ketua guild :

-Anggota guild (sekarang) :
1. [align=center]5.[/align]
2. [align=center]6.[/align]
3. [align=center]7.[/align]
4. [align=center]8.[/align]

-Tipe guild (ceklis salah satu) :
1. Penerima pekerjaan
2. Pembunuh bayaran
3. Mage guild
4. Army guild (pasukan perang)
5. Lain-lain................................

-Faction (ceklis salah satu) :
1. Orde
2. Legiun
3. Neutral

-Lambang/logo guild (Optional) :

[ ] Dengan menceklis kotak di samping, maka guild anda telah setuju untuk mematuhi kode etik guild, beserta peraturan-peraturan yang berlaku di dalamnya
[/quote]

"Ya ampun!! Ralf kenapa kita harus ikut test padahal cuma mau daftar guild!!" ucap shin kaget

"Ini bukan test, baca dulu apa isi kertasnya." ucap ralf

"Coba ku lihat." shin pun memerhatikan kertas itu dengan seksama

"nih." shin mengembalikan kertas itu pada ralf

"Ngerti?" tanya ralf

"Yang aku mengerti hanya judulnya saja, selain itu tidak." ucap shin berlinang air mata

"KAU ITU SEKOLAH TIDAK!?" tanya ralf kaget

"Tidak, aku terus dilatih ayahku bertarung, tanpa pernah sekolah..." ucap shin

"Ya-ya sudah kalau begitu. Coba kita lihat apa yang perlu kita isi." ralf melihat kertas itu

"Waktunya 5 menit lagi, cepat kumpulkan kertasnya anak-anak." ucap wanita itu *guru mode ON

"APA KAU PIKIR KAMI SEDANG MENGISI KERTAS UJIAN!?" bentak ralf

"Eto biar ku lihat. Nama guild, ketua, wakil ketua, anggota, tipe, faction, lambang....... baik biar ku isi~" ralf pun mengambil sebuah pulpen dari meja kayu tersebut lalu mulai mengisinya

"Oh iya, aku hampir lupa. Ini guild charter, katanya kami bisa menggunakan ini untuk membayar biaya registrasi guild." ucap ralf memberikan guild charter itu pada wanita itu

"Oh, terima kasih." crack*crauk*crauk*crauk* wanita itu memakan guild charter tersebut

"Ahh~ Tubuhku serasa segar kembali~" wajah wanita itu pun berseri-seri bagai habis di make-up

"Eh...?" ralf hanya terdiam melihatnya


Setelah 5 menit.................


"Phew akhirnya selesai juga yah~" ucap ralf

"Segala pake 'phew' memangnya kau ini baru selesai melakukan pekerjaan berat?" ucap shin ketus

"Yah yang penting kan sekarang kita jadi lebih mudah mendapatkan pekerjaan, itupun kalau ada yang tertarik pada guild kita." ucap ralf

Mereka sedang berjalan, mylo, shin dan ralf
Pergi meninggalkan gubuk kayu itu

"Yah semoga saja, semoga." ucap shin pesimis

"Jangan pesimis gitu lah, nanti malah jadi kenyataan." ucap ralf

"Hei ralf, apa kau yakin, mau memberikan jabatan wakil ketua pada orang seperti itu?" bisik mylo pada ralf

"Ngg? Tidak ada masalahnya kok. Malah jika aku mau, aku akan menjadikan dia ketua guild. Tapi..."

"Itu hanya akan membawa masalah bagi guild menurutku." ucap ralf tersenyum awkward

"Yah, memang benar." ucap mylo setuju

Merekapun pergi menjauh dari gubuk itu
Dan seseorang pun masuk ke dalam gubuk itu


drap*drap*drap* suara langkah kaki ditambah hentakan benda keras seperti besi
Seseorang berjubah hitam dengan wajah yang tertutup bayangan hoodie masuk ke dalam gubuk itu

"Nona, aku ingin mendaftarkan guild di sini." ucap orang itu

"A-ah, baiklah." wanita itupun segera mencari kertas registrasi tadi
Sementara menunggu, orang itu tertarik pada sebuah kertas registrasi di atas meja, yang baru saja di isi

"Hmm..... AHH!!" pria itu terkejut
Dilihatnya sebuah nama di kertas itu
Nama yang sangat tidak asing baginya

[i]"Rupanya dia ada di kota ini huh? Hmph, setelah lebih dari 5 tahun aku mencari dia, rupanya dia ada di sini."[/i] orang itu tersenyum

"Ini form pendafatra--!!" wanita itu terkejut
Orang berjubah hitam itu memegang dagunya dengan lembut

"Akan kutunda pembuatan guild ku dulu, ada sesuatu yang penting, yag harus aku lakukan. Sampai bertemu lagi, nona cantik~" pria itupun berbalik lalu melangkah pergi

"Ah- i-iya, sampai nanti... pria tampan....." wajah wanita itu pun mulai memerah karena malu

"UHUK UHUUKK!! Dokter bilang... aku jangan memuji orang... UHUK UHUK!!" wanita itu muntah darah lagi


To be continued~

Minggu, 26 Agustus 2012

0 #2 : anak ini sedang dalam masa sulitnya saja

So an akhirnya bisa update cerita 1 bulan sekali, meski lama semoga bisa bagus dah!!

============================================

{Farki city} 10.00
cirp*cirp*cirp* burung-burung berkicauan di pagi hari
Mereka ada di ranting pohon ataupun di kabel listrik
Aku? Aku hanya melihat burung itu dari jendela rumah
Hebatkan aku bisa punya rumah meski baru tinggal sebentar di kota ini? Hahaha jangan pernah remehkan aku!

"Hei shin, jika kau tidak ada kerjaan, cepat ikut denganku!" terdengar suara dari belakangku
Ralf berdiri di depan pintu dengan bajunya yang biasa berteriak tidak jelas

"Ah iya iya, bentar, aku belum mandi." jawabku malas

"SEKARAN SUDAH JAM 10 DAN KAU BELUM MANDI!? KAU ITU PEMALAS SEKALI! SUDAH NUMPANG DI RUMAH ORANG MASIH SAJA MALAS-MALASAN!!" teriak dia padaku seperti seorang mertua yang cerewet

Ah, itu benar. Ini sebenarnya bukan rumahku, aku hanya numpang di rumah ralf saja.
Itu karena dia yang mengajakku tinggal di sini, yah lebih tepatnya aku yang memohon padanya karena aku tidak punya tempat tinggal tetap

tap*tap*tap* aku berjalan perlahan ke arahnya
Dia bilang kami akan ada pekerjaan
Padahal setahuku pekerjaan dia itu membunuh orang karena dia itu kan grim reaper, aku sendiri tidak tahu apa 'membunuh' itu sebuah pekerjaan

-------------------------------------------------------------------------

Saat ini musim panas jadi tidak aneh jika matahari seperti kompor yang membakar dunia
Kami berjalan perlahan di trotoar jalan, ralf bilang kami akan bertemu dengan seseorang
Tapi untuk apa?

"Ralf, memangnya pekerjaanmu selain membunuh apa lagi?" tanyaku padanya tanpa melihat wajahnya langsung

"Ah, soal itu sendiri aku tidak tahu. Yang jelas, saat ini cari pekerjaan itu susah."

"Makanya, aku akan menerima pekerjaan apapun, asalkan aku di bayar. Tapi tentunya pekerjaan yang baik dan aman." jelas dia

"Maksudmu kau itu seorang pekerja bebas? Apa dengan mencabut nyawa orang kau tidak dapat uang? *yaawwnn" ngantuk, aku masih ngantuk meski sudah siang begini

"Kau pikir aku ini apa? Grim reaper tidak sama dengan hitman (pembunuh bayaran), kami hanya mencabut nyawa orang jika sudah waktunya dia mati. Jika kami melakukan kesalahan, maka hukumannya adalah mati." jelas ralf

"Tapi bukannya kau sudah mati?" tanyaku lagi

Jika dia belum mati lalu bagaimana dia bisa jadi grim reaper?

Ralf berhenti berjalan dengan kepala menunduk
Aku hanya memerhatikan dia saja dengan membisu
Aneh, apa pertanyaanku tadi itu sangat bodoh sampai dia mau tertawa?

tap*tap*tap* "Jika kau ingin menanyakan hal bodoh seperti itu, lebih baik lakukan saja nanti. Kita harus segera pergi." dia berjalan terburu-buru dengan nada sedikit tertekan dan wajah menghadap ke bawah

Aneh, yah menurutku itu aneh, dia tidak tertawa tapi.... malah kelihatan marah?


ckling* kami memasuki sebuah kafe dan terdengar bunyi bel saat kami membuka pintu
Ralf melihat kesana-sini seperti mencari seseorang

"Ah, itu dia." dia melihat ke arah seseorang yang duduk sambil menghirup secangkir kopi
Orang itu kelihatannya sudah tua, itu terlihat jelas dengan rambutnya yang berwarna putih (uban)
Tapi dia berpakaian seperi seorang bangsawan ala orde*
Ada urusan apa ralf dengan orang kaya seperti dia?

Kami pun duduk berhadapan dengan orang itu
Suasana masih sepi. Ralf ataupun orang itu masih belum membuka percakapan

"Jadi, ada apa anda memanggil saya kemari, shirato-san?" tanya ralf pada orang yang disebut shirato itu

"Begini shima, kamu bilang akan melakukan pekerjaan apapun, asal dibayar, betul?" tanya shirato

"Iya, itu betul, tapi aku harus tahu dulu pekerjaan apa itu?" tanya ralf sambil melempar senyum pada orang di depannya

Shirato merogoh kantung jasnya dan mengeluarkan selembar kertas

"Aku ingin kamu, menemukan putra ku." dia pun memberikan selembar kertas yang sebenarnya foto itu


"Mencari.... anakmu?" tanya ralf sedikit ragu

"Berapa memang umurnya? 7 tahun?" Tanyaku karena di foto itu anak itu terlihat pendek sekali mungkin tidak lebih dari 1 meter

"Anakku berumur 17 tahun, tapi dia memang terlihat masih kecil." ucap shirato sedikit tertawa

bugk* ralf menjitak kepalaku, untungnya aku memakai topi bambuku setiap waktu (kecuali mandi)

"Apa-apaan itu huh!?" tanyaku agak marah

"Tidak, aku hanya ingin memukulmu saja." ucapnya datar

"Apa itu alasan yang jelas!?" batinku kesal

"Ngah, memangnya kenapa anakmu itu pergi?" tanyaku sambil bersandar di tempat duduk itu

Yah aku agak kesal sih, seorang anak yang pergi tanpa memberitahu kemana dia akan pergi, harusnya jadi gelandangan saja.

"Yah, sebenarnya, beberapa hari yang lalu istriku yang merupakan ibunya mylo meninggal. Saat pemakaman ku lihat mylo terus saja menangis, aku coba menghiburnya, tapi setelah pemakaman dia terus mengurung diri di kamarnya."

"Setelah itu aku coba masuk ke kamarnya, tapi dia sudah tidak ada di sana." ucapnya terlihat sedih

"Hanya itu saja?" tanyaku

"Eh?"

"Jika hanya begitu, biar ku tanya, apa kau terlalu memanjakan anakmu itu?" aku bertanya dengan nada sedikit nyolot

"Hei shin, apa yang kau bicarakan!?" ralf terdengar sedikit marah

"Aku yakin selama ini kau selalu membelikan apapun yang diminta anakmu itu, tapiapa kau pikir dengan melakukan itu, dia akan senang? Selama ini kau pasti selalu sibuk dengan pekerjaan, sampai-sampai lupa dengan anakmu itu."

"Sekarang ibunya sudah meninggal, mungkin saja ibunya selalu berada dengannya selama ini, tapi..."

"jika anakmu sampai seperti itu, hanya karena ibunya meninggal, aku benar-benar ingin menghajar anak seperti itu." ucapku serius

Shirato dari tadi masih terdiam
"Sudah shin cukup, hentikan perkataanmu itu!" ralf coba menghentikan ucapanku, tapi masih ada hal yang harus aku katakan

"Aku mengerti bagaimana perasaan anakmu itu, selama ini dia selalu bersama ibunya, setelah ibunya meninggal, dia berpikir dia tidak bisa apa-apa lagi, ayahnya selalu sibuk dengan pekerjaan, membuat dia serasa kesepian di dunia."

"Dia kemudian mencoba untuk hidup di sesuatu yang ingin dia sebut 'dunia baru', dunia yang menurutnya lebih baik, ketimbang bersama orang tua yang tidak peduli, pada keluarganya sendiri." kata-kata yang aku ucapkan mungkin terlalu kasar, apalagi di depanku ini adalah seorang bangsawan
Tapi untuk apa aku peduli? Semua yang ku katakan hanya membuat dia diam tanpa berkata apapun

set* aku berdiri dari tempat itu "Aku akan menemukan anakmu, tapi, aku tidak akan menjamin anakmu untuk tidak kabur lagi, sebelum kau merubah hidupmu sendiri, pak tua." aku pun melangkah pergi dari tempat itu

"O-oi tunggu dulu, Shin!!" ralf berteriak padaku, tapi aku tidak menghiraukannya

"Ma-maafkan dia shirato-san, aku baru mengenal dia, jadi tolong maafkan dia." ralf meminta maaf pada orang itu

"Tidak, itu tidak apa-apa." set* shirato berdiri hendak pergi

"Semua yang dia katakan itu benar. Kalau begitu, tolong temukan anakku itu, ralf, dan siapa nama temanmu itu?" tanya shirato

"Namanya shin, shinsuke sheho." ucap ralf

"Hmph, katakan pada pemuda yang bernama shin itu, kalau aku berterima kasih padanya." shirato pun pergi dari kafe itu

"A-ah, iya." ralf terlihat tidak menduga akan mendengar hal itu

"Hebat juga shin bisa berkata seperti itu, nonton dari acara mana yah dia?" batin ralf

tap*tap*tap*tap* shin berjalan perlahan keluar dari WC mendekati ralf

tep* tangannya memegang pundak ralf

"Ada apa, shin?" tanya ralf kebingungan

"Dunia ini.... memang kejam yah, ralf....." ucapnya pelan

'Ngg? Apa maksudmu?" ralf makin bingung

sniff*sniff* ralf mencium sesuatu

set*tap*tap*tap*cklak*brak* ralf pergi ke pintu keluar dengan muka tanpa ekspresi meninggalkan shin

"Aku cuma belum cebok ralf........" ucap shin berderai air mata (lebay)


-----------------------------------------------------


"Jadi kita akan mencarinya ke mana ralf?" tanya shin pada ralf yang sedang berjalan di trotoar jalan

"Yang pasti kita tanya dulu saja orang-orang, siapa tahu ada yang pernah melihatnya." ucap ralf

"Kenapa juga orang tua itu tidak meminta bantuan polisi saja, jika dia melakukannya, bukannya urusannya bisa lebih cepat?" keluh shin

"Mereka tidak bisa melakukan itu. Keluarga shirato adalah keluarga pemilik pabrik industri nuklir di seluruh citadel, jika sampai ketahuan anak mereka menghilang, bisa-bisa bisnis keluarga mereka juga berantakan." jelas ralf

"Hahh makanya aku tidak suka orang dengan banyak uang, yang mereka pikirkan hanya predikat dan harga diri mereka saja. Itulah kenapa aku mencuri dari mereka agar stabilitas uang di dunia ini tetap stabil." ucap shin

"Yang jelas kau malah menambah citra buruk pada image-mu." ucap ralf *sweatdrop

"Imej? Apa itu?" tanya shin bingung (gak ngerti inggris)

"Sudahlah, lebih baik kita cepat mencari anak bernama mylo itu, waktu itu uang." ucap ralf

"Itupun jika kau bekerja tetap, bagimu harusnya 'setiap waktu aku membunuh' karena kau itu grim reaper." ucap shin

dagk* ralf menjitak shin

"Sakit tau." ucapnya datar

{Setelah beberapa kali bertanya...........}

Ralf memberikan foto mylo kepada seorang bapak-bapak

"Hmmm.... aku kenal anak ini." ucap bapak itu

"HUH!? DI MANA!?" tanya shin dan ralf (anak ketemu-->dapat duit)

"Aku tahu di mana dia tinggal, karena dulu dia pernah bertanya padaku jika ada tempat kos atau tidak di daerah sini." ucap bapak itu

"Bisa beri kami alamatnya?" ucap ralf *babyface

"Yah tentu."


-----------------------------------------------------------


"Aneh sekali kenapa dia ingin nge-kos saat kabur dari rumah, harusnya dia bilang saja kalau dia ingin tinggal pisah dengan orang tuanya." ucap shin

"Ada banyak alasan, kau juga pergi dari rumahmu, iya kan?" tanya ralf

"Tidak. Aku ikut dengan ayahku meninggalkan adik dan ibuku, sekarang ayahku sudah mati. Semenatara adik dan ibuku.......... yah aku tidak tahu di mana mereka tinggal, tapi setidaknya mereka selalu mengirimkanku kartu pos lewat merpati." ucap shin

ralf : "Itu jadul sekali, apa kau tidak bisa mengirimnya lewat surat atau yang lain?"

"Apa kau lupa kalau aku ini pengelana? Aku tidak punya tempat tinggal tetap dan aku tidak bisa menulis, membaca surat mereka saja aku tidak bisa." ucap shin *buta huruf

"Lalu untuk apa mereka mengirimmu surat!?" ucap ralf agak keras

"Mana ku tahu. Oh iya, biar ku lihat alamat yang diberikan orang tadi." shin melihat kertas alamat

"Untuk apa, kau sendiri tidak bisa membacanya, kan? Biar kubacakan." ralf merenggut kertas itu

"Distrik kaifu, blok BC, nomor 17........ ini kedengaran tidak jauh.... atau mungkin familiar yah....." ralf coba mengingat

"Ahh kita sudah sampai." ucap shin

"Eh?" ralf melihat ke arah depan

"OOOII!!! KITA KEMBALI KE RUMAH KUU!!" teriak ralf kaget

"Apa kau yakin ini jalan yang benar?" tanya shin agak kesal

"Iya ini benar, aku memang tinggal di distrik kaifu, blok BC, tapi nomor rumah ku itu 16, itu artinya....."

Mereka melihat ke arah samping rumah ralf, di sana ada sebuah rumah kecil berwarna hijau dengan tanda "17"
Dan dpintunya tertulis "Mylo Shirato"

"SELAMA INI DIA TETANGGA KITAAAA!!??" batin mereka kaget+shock+malu

"Jadi, apa yang akan kita lakukan ralf?" tanya shin lemas

"Tentu saja masuk." jawab ralf datar

"Bagaimana caranya?" jawab shin polos

Ralf pun berjalan ke arah rumah itu. Rumah dengan cat hijau kusam, jendela dengan debu yang tebal, dan juga dinding yang sudah keropos (harusnya gigi keropos)

tok*tok* ralf mengetuk pintu kayu rumah itu

"Oi ralf, kemana kau main ketuk saja? Apa kau tidak takut kalau dia punya senjata laser atau apapun itu." bisik shin takut

"Tenang saja, mengetuk pintu itu adalah hal yang wajib dilakukan jika kau ingin masuk ke suatu tempat. Jika tidak ada jawaban setelah kita mengetuk 3 kali, maka kita dobrak." ucap ralf datar

"Kau gila yah..." ucap shin

tok*tok* tidak ada jawaban dari dalam rumah....

tok*TOK* ralf coba mengetuk lebih keras namun suasana masih hening

BRAK*BRAK* kini ralf memukul pintu itu

"RALF!! Kau itu karakter serius di sini!! Kenapa kau malah jadi karakter yang bod0h!?" teriak shin

"Aku tidak bisa apa-apa, sudah tertulis di naskah kalau aku harus begini..." ucap ralf menyesal sambil memperlihatkan naskah

"Maaf, aku gak bisa baca..." ucap shin

"Kalau begitu *BRAGK kita dobrak saja" ralf menendang pintu itu hingga terlepas dari engselnya

Di dalam rumah itu terdapat TV LCD 36 inch, sebuah PS3, dinding dengan lukisan dan ornamen berwarna kuning ke-emasan, sebuah meja dengan snack dan banyak makanan ringan di atasnya, kursi yang dilapisi kulit berbulu warna merah...
Dan seorang anak kecil yang memegang controller PS3 sedang duduk di kursi itu

"Ngg?" anak itu melirik ke arah shin dan ralf

Suasanya hening seketika tanpa ada gerakan sedikitpun

tap*tap*grep*hup* ralf berjalan masuk lalu mengangkat pintu yang ia dobrak dan meletakannya kembali

"Ralf, yang kita lihat itu.... hanya khayalan, kan?" tanya shin ragu

"I-iya aku yakin akan hal itu, mana mungkin ada ruangan semacam itu di tempat seperti ini..." balas ralf

"Tapi, kau tahu, terkadang... ada orang yang mengatakan "jangan menilai film dari judulnya" apa mungkin--" shin coba berkata tapi ralf memotong ucapannya

"Tidak, itu tidak mungkin. Maksudku, lihat saja luarnya seperti ini, ini sama saja kau bertemu pria berwajah seperti L tapi berhati seperti Light yagami." jelas ralf

"Kedua orang itu semuanya sadis!" balas shin

"Ya-yang penting ayo kita cek lagi, mungkin mata kita tadi sedang tidak beres." ralf mendekati pintu

tep* tangannya menyentuh gagang pintu
hup* pintu itu diangkat oleh ralf (udah lepas dari engselnya)

Ralf dan shin melihat pemandangan itu lagi
TV LCD 36 inch, PS3, blablablablablabla (writer terlalu malas mengulang kata yang sama)

brugk* pintu itu dilepas oleh ralf hingga ajtuh ke tanah

tep*tep*tep* shin berjalan perlahan masuk ke rumah itu
Dia mendekati meja yang penuh dengan makanan ringan

set*crack*amph* dia menggigit sebuah keripik kentang lalu memakannya

"Ini aman, tidak beracun, kau mau, ralf?" ucap shin sambil menyodorkan sekantung keripik kentang

"KENAPA KAU MALAH ASIK MAKAN DI RUMAH ORANG!? DAN APA KAU LUPA TUJUAN KITA DATANG KE SINI!?" teriak ralf marah

"Oh, tenang saja aku cuma tidak ingat saja." ucap shin polos

"Apa bedanya baka!!" batin ralf kesal

"Hei bocah, apa kau yang namanya mylo shirato?" tanya shin langsung pada anak kecil yang bermain game PS3 itu

"Namaku memang Mylo, tapi jangan bawa kata 'shirato'. Kata itu, membuatku merasa mual saja!" ucapnya sambil menggeregetkan giginya

"Apa kau marah pada orang tuamu?" tanya shin

"Tidak." ucap mylo datar

"Lalu kenapa kau kabur dari rumahmu?" tanya shin

Ralf : "Hei shin, sudah biar aku saja yang bertanya--"

"Tidak usah, anak ini sedang dalam masa sulitnya saja, biasanya remaja akan mencari jati dirinya jika sudah berumur 15 tahun lebih, aku hanya dia tidak ingin bernasib menjadi pencuri atau melakukan kriminal." ucap shin dengan muka serius ala fist of the north star

"Memangnya kau berhak bicara seperti itu!?" batin ralf

"Aku hanya tidak betah saja dirumah terus, itu saja!" jawab mylo agak keras

"Apa hanya itu jawabanmu?" tanya shin

Tapi mylo tetap diam tanpa menjawab

"Nggghh HEI BOCAH JIKA KAU BOSAN DI DALAM RUMAH KENAPA TIDAK MAIN SAJA DENGAN TEMANMU DI LUAR SANA, JANGAN BIKIN ORANG REPOT!" ucap shin kesal sambil mencengkram pipi mylo

"Wangan panggiw awu bolah dasal petani siawan" ucap mylo kesal

"Siapa yang kau sebut petani huh!? Dasar pendek!!" tensi mulai memanas

"He-hei kalian berdua, jangan bertengkar." ucap ralf coba melerai

Shin pun melepaskan cengkramannya dan mylo pun mulai bicara

"Apa kalian orang yang disuruh ayahku untuk membawaku pulang?" ucap mylo acuh

"Mungkin iya mungkin tidak, hidup ini penuh dengan ketidak pastian." ucap shin *penyair MODE ON

"Kata-katamu gak nyambung!" punchline dari ralf

"Iya itu benar, tapi kalau di'suruh' mungkin tidak terlalu pas, lebih tepatnya kami hanya akan membujukmu untuk pulang saja, jika tidak maka kami akan melakukan rencana lain." ucap ralf

"Sejak kapan kau punya rencana?" bisik shin

"Ini cuma gertakan, tenang aja." balas ralf

"Silahkan saja, lagipula aku tidak akan pernah ingin kembali ke rumah itu lagi. Jika mau, kalian boleh mengambil apa saja di rumah ini, asal kalian mau bilang kalau aku sudah mati." ucap mylo

"Kalau begitu ayo kita bawa gumpalan lemak ini." ucap shin sambil memangkul mylo di pundaknya

"Siapa yang kau sebut gumpalan lemak!? Aku ini tidak gemuk, cuma pendek saja!!" berontak mylo

"Lalu kenapa kau tidak mau kembali? Apa hanya karena ibumu sudah tidak ada, huh?" tanya shin

"!!" nylo terkejut mendengar perkataan itu

"Kau.......... apa ayahku menceritakan hal itu pada kalian...?" tanya mylo

"Bisa iya bisa tidak, mungkin saja kami ini intel yang terus mengawasimu dan menunggu saat yang tepat untuk beraksi." ucap shin

"nah, tidak apa-apa. Ibuku memang sudah meninggal, dan itu memang alasan kenapa aku kabur dari rumah. Dan tidak ada alasan bagiku untuk kembali ke rumah itu lagi." ucap mylo pelan

"Tapi, ayahmu mengkhawatirkanmu...." ucap ralf

"Aku tidak peduli dengan pak tua itu."

"Gara-gara dia aku jadi tidak punya teman. Gara-gara dia aku selalu kesepian...... gara-gara dia............ semuanya GARA-GARA DIA!!!" teriak mylo dan terlihat air matanya sedikit menetes

"Lalu kenapa jika semua itu salah ayahmu?" tanya shin

"A--?" mylo sedikit ternganga mendengar kata-kata shin

"Memangnya apa yang kau mau dari ayahmu? Kau pikir orang tua itu bisa jadi seperti yang kau mau? Mereka terkadang berbuat salah, tapi itu adalah cara mereka mendidik kita. Jika kau tahu ayahmu itu salah, kenapa kau tidak mencoba membuat dia sadar kalau kau itu tidak suka diberlakukan seperti ini?" ucap shin panjang-lebar

"I-... itu karena...." mylo menjawab pelan dengan tergagap-gagap

"Karena ada ibumu, huh? Karena kau bisa mengatakan apapun pada ibumu, karena kau selalu berpikir hanya ibumu yang mengerti perasaanmu, sehingga kau melupakan ayahmu dan selalu berpikir yang buruk tentang dia. Apa dengan itu kau pikir ibumu akan bahagia, huh?" ucap shin

"Jangan......... jangan bicara.... seperti kau tau semua hal tentang aku....." mylo coba berontak

"Aku tidak tahu apa-apa tentang kau, dan kau juga tidak tahu apa-apa tentangku. Yang aku ingin bilang hanya...."

"Lakukan apa yang menurutmu akan membuat ibumu senang, dan jangan lakukan hal egois seperti ini. Tapi jika kau pikir dengan melakukan hal seperti ini dapat membuat ibumu senang, itu bukan masalahku." ucap shin

Ralf daritada hanya diam saja tidak bisa apa-apa

"Kuhk..... hiks..... hufh..... hiks...." clap*clap*clap* air mata mulai jatuh dari pipi mylo

"Ralf, ayo kita bawa anak ini kepada orang tuanya, dan juga ambilkan aku keripik kentang yang ada di meja itu." shin berjalan pergi

"INI PUNYA ORANG LAIN, BOKE!!" Teriak ralf marah (Boke = sebutan lain untuk baka)


-------------------------------------------------------------------------


{Shirato family House - Front hall} 16.10
Sebuah rumah yang megah sekali dengan cat dominan warna merah dan kuning
Banyak sekali barang-barang antik seperti patung, pedang yang tertempel di dinding, dan lukisan-lukisan bergambar aneh (abstrak)

Lantai yang mengkilat bagaikan cermin yang tembus pandang
Langit-langit dengan lampu berlian yang mengkilat
Membuat kita serasa berada di istana milik raja arthur

"Mulai sekarang, ayo kita berteman dengan baik." ucap shin sambil menjabat tangan mylo *niat nyuri ON

"APA MAUMU!?" teriak mylo heran

Sementara ralf nampak menunggu ayah mylo untuk keluar

tap*tap*tap*tap* terdengar suara langkah kaki yang bergema diruangan itu
Ayah mylo berjalan pelan menuju tempat ralf berada

"Selamat sore, shirato-san." ucap ralf sambil membungkuk

"Selamat sore juga, ralf-kun." ucap shirato balas membungkuk

"Terima kasih, sudah bisa mengantar anakku kembali." ucap shirato sambil menjabat tangan ralf

"Sebenarnya ini bukan semua berkat aku, malah...." ralf melirik ke arah belakang tempat shin masih beradu tatapan dengan mylo

"Semua berkat shin." ucap ralf pelan

"Hei cepat pergi sana! Ayahmu sudah menunggu!" teriak shin

"Aku tahu!! Tidak usah memeberiku perintah dasar!" ucap mylo kesal

Mylo pun berjalan ke arah ayahnya meski masih agak kesal dengan shin

"Kalau begitu kami pergi dulu yah, sampai nanti, shirato-san." ucap ralf sambil melambaikan tangannya

"Jangan biarkan bocah itu kabur dari rumah lagi." shin berkata dengan nada dingin

"!!!" mylo pun terpikir akan sesuatu. Dia lalu berbisik kepada ayahnya

"Tunggu dulu, ralf-kun, dan juga shin." ucap shirato menahan kedua orang itu untuk pergi

"Aku ada sedikit permintaan lagi, jika tidak keberatan, apa kalian mau menerimanya?" tanya shirato

"Tentu saja tidak apa-apa. Tapi permintaan apa?" tanya ralf

"Aku ingin kalian menjaga anakku, dan tinggal bersama kalian." ucap shirato sambil tersenyum

"Hihi." tawa kecil mylo

"Eh?" kedua orang itu hanya kebingungan

-To be continued-

Senin, 23 Juli 2012

0 Story #1 : Ore wa shin desu!

Akhirnya story #1 siap update, monggo dibaca~~

Story #1 : Ore wa shin desu!

{Farki city} 11.00
Apa yang kau cari di hidup ini?
Atau mungkin apa yang kau inginkan dalam hidupmu?
Uang? Kebahagian? Atau kalian ingin menguasai dunia?
Bagiku itu semua hanya omong kosong!
Lalu apa yang aku inginkan? Hmm..........
Mungkin lebih banyak waktu untuk berpikir, dan mencari teman.

Namaku adalah Shinsuke sheho
Orang-orang jarang memanggil namaku karena aku adalah pengelana
Tapi mungkin kalian bisa memanggilku shin

Aku berkelana karena... yah mungkin karena aku bosan
Atau mungkin... karena aku tidak tahu aku berhak berada di mana
Tapi saat aku berada di kota ini
Aku bertemu seseorang yang boleh dibilang...

tap*tap*tap* aku berjalan perlahan di kota yang besar ini
Ku lihat semua orang sibuk dengan urusan mereka masing-masing
yah sepertinya memberi salam pada orang asing memang sudah jarang sekali dilakukan
Tapi bagiku itu hal biasa
Karena jika kau tidak memberi salam terlebih dahulu maka orang lain pun tidak akan
Tapi kejadian ini bukanlah karena aku memberi salam padanya
Ini karena otak-ku yang sudah terbiasa dengan...

bruk* aku menabrak seseorang yang melangkah ke arahku

"Ahh... m-maafkan aku..." ucap orang itu

"Tidak apa-apa, jika kau berjalan, gunakan matamu." ucapku padanya

"Anu... maaf tapi jika kau berjalan harusnya pakai kaki." ucap orang itu

"Maksudku saat kau berjalan kau harus lebih hati-hati!!" ucapku sedikit marah

"Ahahaha, begitu aku lebih mengerti. Oh?" ku lihat orang itu seeprti terkejut
Dan aku merasa sedikit aneh karena daritadi dia terus memperhatikanku
Apa dia itu [s]maho[/s] *plak
bagong : "WOI BELUM AJA APA-APA UDAH KELUAR KATA TERLARANG!!" *megang naskah yang dipukulin ke arah shin

"Maaf, tapi itu kan emang sudah naluri lelaki..." plak* shin kena banting naskah lagi di kepala

Bagong : "Alah, gak usah banyak alasan, laluri lelaki macam apa!? Sudah lanjut saja!!"

{Acara dialnjutkan}

"Wah, apa kau itu... seorang prajurit?" tanya orang itu

"Yah, bisa dibilang begitu, tapi aku hanya mantan prajurit" jawabku

"Ah aku hampir lupa, perkenalkan..." orang itu mengulurkan tangannya

"Namaku Ralf shima, senang bertemu denganmu." ucapnya ramah sambil tersenyum

"Namaku... shinsuke sheho, kau bisa memanggilku shin." ucapku sambil menjabat tangannya itu

Ralf shima... orang yang pertama kali ku lihat hanya orang biasa saja
Tapi mungkin karena memang sudah takdirku bertemu dengan dia

pluk* sesuatu terjatuh dari kantung bajunya

"Ahh dompetku." dia mengambil dompetnya yang terjatuh
Dan di saat itu...
Aku melihatnya...
Sesuatu yang selalu membuatku bergairah...
Benar...
Itu adalah...

jeng*jeng*jeng*jeng!!* YAH! ITU BENAR! Aku melihat dompetnya tebal sekali!! Aku yakin dia pasti punya uang yang banyak!! Huahahahahaha

"Hei ralf." ucapku

"Hmm, apa?" tanya dia

"Apa kau mau ku traktir makan?" aku pun mencoba melempar umpan padanya

"Kenapa mendadak begitu?" si ikan masih berpikir untuk mengambil umpanku atau tidak

"Yah, kau tahu, aku itu kan pengelana, sesekali aku ingin berteman dengan seseorang. Yah itu pun kalau kau mau."  aku menambah umpanku lagi

"Hmmm baiklah kalau begitu, rejeki memang tidak boleh ditolak." dan si ikan menyambar umpan!!

Nyahahahaha sekarang dompetmu yang akan jadi milikku!! Maaf saja kalau pada akhirnya bukan membuat teman, malah membuat dia jadi musuhku!!

{Kedai makan Toradora} 11.00
"Jadi kau mau pesan apa?" tanyaku pada ralf

"Pak, aku pesan seperti biasa yah!" ucap dia pada bapak-bapak pemilik kedai

Bapak-bapak pemilik kedai : Ia, baiklah.

"Aku pesan ramen saja." ucapku

[i]"Baiklah, yang harus aku lakukan hanya menunggu saat yang tepat, saat dia lengah, maka dompet itu akan menjadi milikku!!"[/i] batinku sambil ngiler

{Tahap rencana shin}
Makan-->ngomongin sesuatu-->ralf lengah-->curi dompet-->ke WC-->KABUR

------------------------------------

Perfek!! Rencanaku emang perfek!!

"Kau tahu, shin..." ralf berbicara lebih dulu

"Sebenarnya, aku sedikit merasa senang, saat kau mengajakku untuk makan, karena..."

"Selama ini, aku jarang merasakan hal yang seperti ini." ucapnya sambil menggaruk-garuk rambut belakangnya

"A... apa maksudmu?" tanyaku bingung

"Kau tahu, kota ini lumayan besar, tapi, bagiku, kota ini sangatlah kecil."

"Ini seperti kau berada dalam kegelapan dan tak punya arah ke mana kau harus pergi."

"selama ini, aku hanya diam di dalam kegelapan itu, aku mencoba mencari cahaya, tapi yang ku temukan hanyalah ilusi, cahaya dari masa lalu, yang sekarang sudah tiada." aku melihat dia berbicara... seperti dia menahan air mata

Argghh aku jadi tidak tahan!! Apa aku sekejam itu ingin mengambil uang dari orang tak berdosa ini!!? (Nyatanya dia sudah banyak mencuri tanpa merasa bersalah)

"Baik, ini silahkan di nikmati." ramen pesananku pun datang dan yang dipesan ralf adalah

"Silahkan, meses penuh karbohidrat sudah siap~" aku melihat semangkuk nasi dengan taburan meses diatasnya.............

[i]"EEHHH!!??"[/i] yang benar saja!? Meses dengan nasi!? Maksudku..........

"Kenapa shin? Apa kau mau mencicipi ini?" tanya dia

"Ahh tidak usah, ramen segini saja sudah cukup." yah, lebih baik aku menolaknya dibandingkan memakan sesuatu yang mengerikan seperti itu

"Oh iya ralf, apa kau bisa menceritakan sedikit padaku, tentang kota ini?" ayo ambil umpan ini!

"Ahh tentu saja." akhirnya sang ikan menyabar umpanku (lagi)

"Kota farki ini, adalah salah atu kota netral, yang tidak berada di wilayah orde maupun legiun, tapi, kota ini memiliki wilayahnya sendiri, wilayah utara adalah wilayah perkotaan, sementara wilayah selatan adalah wilayah kekuasaan para gangster dan biasa dijuluki "distrik kaiful"..."

"kota ini sendiri punya 4 penguasa, yah aku tidak hapal mereka semua, tapi salah satu penguasanya adalah mantap prajurit orde, 2 orang mantan prajurit legiun, dan 1 orang adalah netral."

"Mungkin hanya segitu saja yang bisa aku katakan." yah yah. terima kasih sudah menjelaskannya pada ku dan juga para oembaca ralf, karena sekarang dompetmu ada di tanganku!!

brakl* ralf menampar dahi shin

"A... APA YANG KAU LAKUKAN!?" teriakku marah dan juga kaget

"Ada nyamuk." ucap dia sambil menunjukan sebuah titik hitam di telapak tangannya

"Jangan berbohong!! Mana mungkin ada nyamuk di siang hari begini!!" ucapku marah

"Ya sudah kalau begitu aku akan membayar semuanya." dan kulihat dia mengeluarkan uang dari dompetnya.... eh?

Dompet? Ditangannya? EEEHHH!?

Tunggu dulu!! Kalau begitu!?

Dan aku tersadar, bahwa dompet yang tadi aku pegang tidak ada lagi digenggamanku

[i]"Ba... bagaimana bisa!?"[/i] saat itu aku berpikir.... apa dia juga seorang pencuri yang lebih handal dariku....

"Hei shin, apa kau mau membantuku sebentar?" ajak dia

"oh? Membantu apa?" tanyaku

"Ikut saja denganku, mungkin kau bisa sedikit membantu." ucap dia

Yah tak apalah aku ikut dulu dengannya, sekalian aku ingin tahu
Apa dia itu hanya orang biasa atau bukan...


{Bukit} 15.00
Dia membawaku ke atas sebuah bukit
Entah apa yang dia ingin lakukan di sini
Tapi aku tahu dia sedang menunggu seseorang

"Kau, sebenarnya kau mau apa ke sini?" tanyaku

"Aku hanya ingin mencari tahu sesuatu saja, hanya itu." ucapnya dingin

Aneh... kenapa tiba-tiba sifatnya berubah begini
Apa jangan-jangan dia ingin membunuhku
Lebih baik aku jaga-jaga saja

drap*drap*drap*drap terdengar suara langkah kaki ke arah kami
Tapi aku merasa langkah kaki itu terasa berat sekali

drap*drap*drap*drap* suara itu semakin terdengar jelas
dan akhirnya aku melihat
Nampak seorang berbadan besar sekali
Mungkin dia itu persilangan beruang dan gorila
Tapi bertubuh manusia (?)
dan juga 2 orang lain di belakangnya
Mungkin mereka itu anak buahnya

tap*tap*tap*tap* ralf berjalan mendekati orang besar itu
Apa yang dia ingin lakukan?
Apa dia ingin menantang berkelahi orang besar itu

"Aku sudah membawa uangnya, sekarang beritahu aku informasi tentang 'dia'." ucap ralf

"maaf, tapi aku ingin menaikan harga informasi ini, menjadi 500.000 peso." ucap orang berbadan besar itu dengan senyum yang menjijikan

Apa yang mereka sedang bicarakan itu? Aku sama sekali tidak mengerti.

"APA MAKSUDMU!? Perjanjian kita kan hanya 150.000 peso, kenapa jadi semahal itu!?" sepertinya ralf marah sekali

"Informasi tentang 'dia' itu sangat sulit kami dapat, ini demi dirimu sendiri kan? Bagi kami ini hanya sampah saja." kelihatannya dia hanya main-main saja dengan ralf

"Jika itu hanya sampah menurutmu, berikan padaku sekarang gorila!!" ralf marah sekali kelihatannya

"Beraninya kau...." grep* pria besar itu mencekik leher ralf dengan satu tangannya lalu mengangkatnya ke udara

"Dasar sampah tidak berguna!!" wush* brag*grasak*grasak* saat ku lihat itu terjadi... entah kenapa aku merasa kesal...

Apa ini? kenapa aku merasakan hal seperti ini? Dia itu... hanya orang yang baru ku kenal... tapi kenapa...

grep* tanganku mengepal

wus*duagk* aku melompat ke arah orang itu dan meninju pipinya hingga dia terlempar

"Apa-apaan kau!?"

"Beraninya kau meninju tuan kami!"

Kelihatannya kali ini aku malah memancing amarah kedua pengawal gorila itu

"Shin... apa yang kau lakukan...?" terdengar suara ralf yang masih tersungkur di tanah

"Heh... mana aku tahu..."

"Tubuhku bergerak dengan sendirinya... pikiranku tidak bisa mengendalikan tubuhku ini..."

"Aku..."

tap*tap*tap* "Tidak peduli apa yang aku lakukan!" duagk* salah satu pengawal itu aku tinju hingga tersungkur

"Si4lan kau!!" gasp* tinju pengawal lain bisa ku tahan

"Tutup mulutmu itu!!" bughk* kini aku meninju perutnya hingga dia pingsan

Apa yang sebenarnya aku lakukan? Untuk apa aku melakukan semua itu?

Saat aku melirik ke belakang
Ku lihat ralf sudah berdiri kembali
Meski ku lihat dari mulutnya dia mengeluarkan darah

hah*hah*hah* napasku terengah-engah dan tiba-tiba saja...

BUGGH* hantaman besar mengenai perutku

bruashk* aku memuntahkan darah dari mulutku

"Apa-apaan kau itu huh!?" dan ku lihat orang berbadan gorila itu berdiri dengan tangan berada di perutku

brug*uhukk* aku langsung bertekuk lutut sambil memegangi perutku

"Akan ku balas perbuatanmu itu!!" ku lihat dia siap meninjuku

Apa aku akan berakhir seperti ini
Aku... jika ini adalah diriku yang dulu...
Maka... aku pasti sudah...

bruagh* suara itu terdengar
Tapi... aku tidak merasakan sakit apapun
Saat aku membuka mata lagi
Ku lihat seseorang berdiri di depanku
Ralf... dia menerima tinju di pipinya
Dia pikir apa yang dia lakukan itu!?

"Apa yang kau lakukan...?" tanyaku saat itu

"Mana ku tahu..."

"Aku juga sama... tubuhku bergerak dengan sendirinya..." ucapnya sambil terenyum

"Kalian... lebih baik kalian bersiap untuk mati." ralf kedengaran serius... tapi apa yang dia katakan itu...?

"Heh, jangan bercanda dasar b0doh." gorila itu siap melakukan tinju lagi

"Ralf, a...!" suasana tiba-tiba hening
Gorila itu diam saja
Tapi, saat itu aku menyadari satu hal
Orang yang ada di depanku....

Telah berubah menjadi makhluk lain
Dia memakai sebuah hoodie hitam
Dan tangan kanannya memegang sebuah sabit besar

wuuusshfh* angin berhembus di tempat itu
brugk* dan saat itu juga pria berbadan besar itu tumbang

"Kau..." badanku gemetar
Diriku saat itu serasa seperti sudah dekat dengan kematian

Dia mengodok sesuatu dari kantung hoodienya itu
Sebuah buku dia keluarkan

"Hmm, tugas hari ini sudah selesai..." buph* buku itu ia tutup lalu lenyap
Apa-apaan ini? Apa dia itu pesulap atau penyihir?

"Yah, terima kasih sudah menemaniku menyelesaikan pekerjaanku hari ini, shin." dia berbalik ke arahku dengan muka tersenyum
Senyum yang sama sekali tidak menunjukan wajah kejahatan


{Beberapa saat kemudian...} 16.30
"Jadi... kau itu..." tanyaku terbata-bata

"Itu benar, aku ini adalah iblis pencabut nyawa, seorang grim reaper." ucapnya tenang

"Kau tidak akan membunuhku kan? T__T" ucapku takut

"Tidak akan, tenang saja, aku hanya mencabut nyawa kalau memang sudah waktunya." ucapnya

Yah, memang sulit dipercaya aku bisa bertemu orang yang memiliki pekerjaan paling aneh yang pernah aku dengar

stap*stap*stap*stap* terdengar langkah kaki mendekat ke arah kami lagi

Orang berbadan besar itu entah kenapa kembali lagi
Dia berjalan ke arah kami
Dengan cara berjalan bagaikan seorang kakek tua yang sudah punya tulang kropos

"Apa!? Bagaimana bisa? Seharusnya dia sudah mati!" terdengar ralf kelihatannya terkejut

"Apa maksudmu!?" tanyaku sedikit terkejut

"Saat aku berubah jadi grim reaper, seharusnya nyawanya sudah ku ambil. Tunggu dulu...!"

"Aku... tidak merasakan hawa kehidupan di dalam dirinya." ucap ralf dan kelihatan dia sedikit terkejut

Tapi bagiku...

"Kau bilang, dia sudah mati, lalu hidup kembali?" tanyaku

"Iya, kelihatannya seperti itu." kata-katanya itu akhirnya membuat aku bisa bertindak

"Heh, kalau begitu..." swuff*tap*tap*tap*tap* aku langsung berlari ke arah makhluk aneh itu dengan cakar di tanganku

"Tunggu kau mau apa!?" kelihatannya dia ingin mencegahku tapi jika lawan yang ku hadapi sudah mati maka...

burrgghh* tinju monster itu masih bisa kutahan dengan cakar besiku

"Kau... itu berbahaya..." kata-katanya langsung ku potong

"Berhenti memanggilku 'kau'!!" teriakku pada dia

"Namaku bukan 'kau'..."

"ore wa..." (Aku....)

"Shin...." bruffh* tinjunya berhasil aku pentalkan dan aku mengambil ancang-ancang lalu...

fwuusshh*

{Ralf vision}

Dengan cepat, dia langsung berada di belakang zombie itu
crraattss* bekas tebasan yang sangat besar sekali terlihat di tubuh zombie itu dan darah bermuncratan darinya

"Desu!" brrukg* zombie itu tumbang dan kemudian lenyap menjadi tanah

"Ka..." "Sudah kubilang jangan panggil aku 'kau' dasar b0doh..." kata-kataku terpotong olehnya

"Panggil aku shin..."

"Ralf-san." kini dia yang tersenyum ke arahku
entah sejak kapan kami menjadi teman
sejak hari ini... mungkin saja...
tapi yang jelas
pertemuan kami mungkin sudahlah takdir

Selasa, 17 Juli 2012

0 Index Story

1 Introduction & Synopsis

Ok, ini mungkin blog bikinan ane yang ke-2 (blog yang sebelumnya gak ke-urus XD) sooo di blog ini ane bakal bikin FANFIC (Fan Fiction) yang bertemakan Game yang berjudul "Lost Saga". Jadi, buat kalian yang belum pernah nyoba Game ini, ane saranin baca dulu ini yah

Lost saga adalah Game bertipa Action, dan memiliki banyak sekali character di dalamnya, jika kalian ingin tahu lebih banyak, kalian bisa cari informasi tentang hero Lost Saga ke sini (meski berbahasa korea, tetapi bakal ane kasih pict di setiap tokoh yang bakalan ada di FANFIC ini)
 Ok, sepertinya intro-nya cukup segini aja dulu yah~

Shin : HEI KAU LUPA MEMPERKENALKANKU!!!
writer : ahahahah maaf. Ok, biar ane perkenalkan tokoh utama di FANFIC ini~ (klik ini)

Baiklah, sepertinya intro-nya sudah cukup, klo gitu saatnya buat Synopsis cerita ini.

Synopsis

Di suatu masa di planet citadel, terjadi perang antara 2 kubu faction, yaitu orde dan legiun, tapi yang kita bahas bukan perang, karena di masa sekarang perang itu sudah berakhir!

Anggap saja dirimu ini seorang pengelana, sebenarnya untuk apa kau berkelana? Itulah hal yang coba diungkap oleh Shinsuke Sheho, Dia berkelana mengelilingi planet citadel.

Namun, saat dia tiba disuatu kota, dia bertemu seseorang, seseorang yang akan merubah hidup, atau lebih tepatnya, teman pertamanya.

--------------------------------------------------------

Ok, segitu aja Intro & Synopsis-nya, tunggu untuk 1st Story-nya yah~

Leave comment will make this FANFIC much better.
 

Ore wa Shin desu Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates